Wednesday, January 31, 2018

Bosan Jadi Istri

Tiga bulan melewati adaptasi dengan kompor, panci, dan bangun pagi, saya merasa tak ada yang kurang kecuali kerjaan. Hahaha, right, kurang-kerjaan. 

Hidup saya sama kayak orang kebanyakan. Kebanyakan ngeluh, sampe akhirnya mantan ngerasa bosan dan mutusin saya (mungkin). Kebanyakan baper, sampe semua cowok yang nembak ditolakin karna takut apa yang sudah terjadi akan terulang kembali. Kebanyakan mikir, sampe lulus kuliahnya terpaksa ambil periode 2, kebanyakan mikirin revisi tapi nggak direvisi-revisi, kebanyakan mikirin gimana ini gimana itu dan no action.

Hidup saya juga sama kayak orang lain, yang nikah. Sama kayak ibu-ibu rumah tangga lain. Bangun pagi, nyiapin sarapan, cuci baju, cuci piring, ngepel, belanja, nonton tv, masak, bersihin teras yang kadang dipakai berak sama ayam tetangga (ughft), nunggu suami pulang kerja, beberes, rapi-rapi dan lainnya yang belum saya sebutin. Day by day. Ini pertama kalinya dalam hidup ngerjain hal yang biasanya dikerjain sama ibu saya. Pantas saja kadang emosi seorang istri itu tak terkendali, dan bagi saya sendiri, sekali lagi saya merasa tak ada yang kurang kecuali kerjaan. Bayangin aja  Day by day itu yang dikerjain, sebenarnya hal ini berlaku sama pada suami saya, sang pencari nafkah. 

Bagian dari hal yang membuat saya senang adalah ada teman-teman yang masih percayakan naskah untuk saya kerjakan selepas resign dari kerjaan sebagai layouter dan proofreader. Ini mengurangi kekurangan saya, ya kurang-kerjaan. Bagian lain dari hal yang membuat saya senang, sang pencari nafkah kadang juga cari muka di hadapan saya. Entah mungkin dia sangat peduli pada saya, atau rindu akan kata “kamu baik banget sih, makasih sayang” atau dia mencoba hal baru untuk sekedar menghilangkan bosan yang kadang muncul tiba-tiba itu. Cuci piring.

Apapun yang kita jalani setelah berumah tangga akan sangat berbeda dari sebelumnya. Kadang, sang pencari nafkah bosan kadang kita bosan. Apapun penyebabnya, syukuri saja dengan mengingat kenapa kita lakukan kebosanan itu--sebelum muncul keberanian lain untuk mengakhiri kebosanan. Yang pasti, pilih jalan yang benar untuk mengakhiri kebosanan. Refreshing, misalnya.


0 comments:

Post a Comment